Sunday 21 June 2009

Di Negeriku, di Negerimu

Melanglang buana ke negeri seberang.

mencari sesuap nasi.

kesekian kali Warsi menjadi tenaga kerja di negeri orang.

tak ada penghidupan di negerinya.


"di negeri gemah ripah lohjinawi itu kau tak dapatkan pekerjaan.?".
Tanya sang majikan.
diam membisu. seribu pertanyaan sang majikan.

Celoteh warsi dalam hati;

di negeriku para pemimpin sibuk dengan royalti
di negeriku para peminmpin pandai berorsi
di negeriku aku tak dapatkan pemimpin sejati
di negerimu[majikan] aku mengundi nasib demi sesuap nasi
di negerimu kami berjuang tanpa henti
di negerimu aku di caci maki
sifulan berkata
"di negerimu hujan emas"


di negeriku..... di negeriku..... di negeriku......
kapan akan hujan intan berlian.

Aku Ingin yang Abadi

Rasa ini terus saja menghunjam
tak temui jawaban atas tanya

mengenal dirumu yang baik hati

terlena aku olehnya

tatapan matanya

raut wajahnya menyejukkan kalbu

senyum hasil bibir tipisnya

lambaian tangannya bak dedaunan bertiup angin sepoi-sepoi

langkah yang elok teratur bak di ukur sama panjang sama lebar, simetri

tak bosannya memandangmu

tak rela aku menunggumu hingga berdebu

namun apalah arti semua itu

hanyalah ilusi

nafsu birahi berkoalisi

hanya sekejap mata memandang

tak abadi, tak abadi, tak abadi

aku ingin yang abadi

Wednesday 25 March 2009

Sadarku

Nyiur melambai-lambai indah di pematang sawah

nina-bobok ibu pertiwi selagi angin sepoi-sepoi
tiba-tiba badai menerjang
sontak terbangun aku.


Siapa hidangkan keraguan....?
laut berbuih putih, terombang-ambing.

Gunung mengeluarkan abunya
sawah, ladang menjadi subur

para petani berkata
“ibu pertiwi, terimakasih”


Sesampainya penghujung keraguan ini
aku akan selalu bersamamu ibu pertiwi
salam dari anak yang tak tahu diri
sesalkan impian-impian masalalu
lari terbirit di kejar waktu

Ibu pertiwiku.......

ku kan selalu menjagamu
aku rela berkorban demi ibu pertiwiku
berharap hari esok tetap berada di pangkuanmu

Lalu-lalang kenangan mengitari diri
lambaian nyiur terus memangguil ku untuk hadir di hadapanmu ibu pertiwiku

Panggung politik berjubelkan hipokrit-hipokrit tak berduit
menghanguskan idiologi bangsa
“ibu pertiwi katanya sedang lara?”


Monday 16 March 2009

Keseriusan Berbuah Kepuasan

Siang yang panas. Raja siang menampakkan keperkasaannya, panas Bara api membakar. Semakin bergejolaklah ambisi para penuntut ilmu. Angin kencang menghembus di sela-sela serambi masjid, berbisik lembaran-lembaran mushaf para hamba-Nya. Duduk di beranda masjid seorang mahasiswa Al-azhar sambil memandangi menara masjid yangmenjulang tinggi.

Dengan kaos oblong dan tas hitamnya ia letakkan di sampingnya.
tatapan matanya yang tajam ke arah menara , nampak dia merenungkan sesuatau atau dia sedang memikirkan sesuatu, gelisah dan sesekali dia menghimpit lututnya dengan kedua tangannya.
Rasa penasaranku tak bisa ku bendung untuk mendekatinya.

“maaf, dek... Jam berapa sekarang ya?” tanyaku basa basi.

Dia hanya memperlihatkan seiko yang ada di tangannya, ku lihat kira-kira jam sebelas siang menjelang Sholat Dzuhur.
Ku ambil mushaf di saku, lalu ku buka kemudian ku baca di sampingnya, siri.
Dia masih duduk dengan paha yang di apit kedua tangnnya.
Matanya benar-benar membendung sesuatu, seakan bendungan itu jebol sebentar lagi.
Pikirannya kalut, kurasa begitu.
Aku masih melantunkan bacaanku dengan suara siri. Ku dengar isak tangisnya,
“oh, dia menangis” pikirku.

Seperempat jam sudah dia berada dalam linangan airmata. Semakin tidak tega aku melihatnya .

“Kok nangis, dek. Ada apa?”

tanyaku padanya yang masih duduk seperti biasa.
Dia tetap menangis dan tak menjawab pertanyaanku. “Boleh aku tahu nama adek?” . “Irfan”. Jawabnya singakat.
“Irfan, mungkin aku bisa bantu kamu, tapi sebenarnya ada apa denagan kamu kok nangis. Pasti ada masalah atau musibah yang menimpa dirimu?” tanyaku padanya.

ALLAHUAKBAR....ALLAHUAKBAR......

Saura Muadzin menggema, memantul dinding-dinding berukirkan simbol-simbol Yahudi-Israel itu. mengitari gang-gang masjid, menysup selala-sela jendela masjid berukirakan bintang David. Adzan dzuhur berkumandang waktu sholat tiba. Irfan belum menjawab pertanyaanku.
Dia masih menangis
“dek, sudah adzan lo, lebih baik kamu ambil air wudhlu kemudian kita sholat di dalam, setelah itu kamu ceritakan ada apa sebenarnya dengan kamu”.

Kataku sambil bangkit dari sampingnya.
Dia pun bangkit sambil mengusap air matanya

“oke, kita ke tempat wudhlu” kataku.


Maha Besar Alloh yang telah mengadakan air sesegar ini. Dahaga di sembuhkan, kerontang terbasahi, panas yang menjalar ke seluruh tubuh terealisir sudah.
Suara Iqomah menggema, terdengar dari tempat wudhlu, pertanda kewajiban menjalankan sholat akan segera di tunaikan.

….........”Kenalkan nama saya zaki Ulil Azmi dari kediri. Biasa teman-temanku panggil aku dengan sebutan, jeki” . kataku pada irfan. Sambil berjabat tangan dengannya.

“fan, kok kelihatannya sedang ada masalah , boleh aku tahu masalamu?”

“ya boleh, aku hanya sedih aja saat melihat hasil ujianku, aku gagal untk tahun ini.” katanya.

“oo... itu to masalahnya, “kamu tingkat pertamaya?”

“iya” jawab Irfan.

“Aku sedih kalau ingat usahaku mati matian dalam belajar” ,kata irfan.

Irfan mulia cerita; Berangkat kuliah dari rumah pagi-pagi, pulang sore sekitar habis ashar, sehabis itu aku tidak langusung pulang kerumah , tapi aku tinggal di masjid dulu untuk menghafal Qur'an sambil menunggu waktu maghrib tiba, dan setelah maghrib aku mengikuti bimbingan belajar di kekeluargaan. Dan aku sadar memang Bahasa Arabku lemah, aku sulit untuk memahami buku-buku diktat kuliahku. Padahal aku sudah berjanji pada orangtuaku, bahwa aku setelah di mesir nanti akan berusaha mendapatkan nilai yang bagus supaya mudah untuk mendapatkan minhah, beasiswa.
Bapakku hanyalah seorang petani yang penghasilannya pas-pasan untuk kehidupan keluargaku sehari hari. Ibuku berjualan di pasar . Untuk tambahan supaya dapur tetap mengepul. Satu tahun ini memang aku di kirim uang dari rumah, itu pun tabungan bapakku untuk biaya hidupku selama satu tahun saja. Yang itu memang sudah di persiapakan sebelum keberangkatanku.
Tapi untuk tahun berikutnya aku harus sudah tidak mengandalkan kiriman dari rumah lagi.

Mendengarkan cerita irfan aku hanya mengangguk-anggukkan kepala saja, sebab hal semacam itu kelihatannya sudah biasa terjadi.

“kalau begitu kenapa kamu tetap nekat berangkat ke mesir sedang orang tuamu tidak mampu membiayai kehidupanmu selama di mesir.?” Tanyaku padanya.

“Itulah salahku, aku tidak ada ganbaran tentang mesir , yang aku tahu mesir hanya sebuah negara yang banyak muslimnya yang dan taat beribadah.” timpalnya.

“ Dan aku pernah dapat cerita dari pak Bondan, alumni Al-azhar juga. Katanya; kalau soal biaya kuliah sendiri gratis dan kita hanya memerlukan biaya untuk hidup di sana saja tapi jangan khawatir dengan biaya hidup di sana, banyak lembaga-lembaga penyalur bantuan bagi siapa saja yang najah. apa lagi kalau dalam ujiannya itu dapa predikat jayyid, atau jayyid jiddan, sangat mudah untuk mengajukan beasiswa, apalagi dengan predikat mumtaz.”
. cerita irfan apa yang pernah di ceritakan pak Bondan.

“Cerita pak bondan itu membuatku lebih optimis untuk kuluah di mesir”. Imbuhnnya

“oo... jadi begitu, fan. Kamu lulusan pondok kan?”
“ya aku lulusan pondok yang sudah mu'addalah [sudah di setarakan]” kata irfan.

“Asal tahu saja ya, fan. Memang kamu lulusan pondok yang sudah mu'addalah, dan itu salah satu syarat yang harus di penuhi, memang. Dan yang penting lagi adalah; kamu sendiri sudah mu'addalah dengan bahasa arab belum?. Dan menurutku itulah yang paling penting. Sedangkan kamu sendiri lemah dalam Bahasa Arab.” kataku pada irfan. Irfan hanya diam seribu bahasa.

…...”O iya, fan. Ngomng-ngomong kamu berapa pelajaran yang kamu tinggal?”. Tanyaku pada irfan. “enam pelajaran semuanya termin dua”. Jawabnya.

“O..jadi nanti kamu termin satu nganggur dong?”

“Iya” jawabnya pelan.

“Kalau begitu gunakan waktu senggangmu itu untuk memeperdalam Bahasa Arabmu.
Kalau kamu mau, tiap habis ashar datang saja kerumahku , nanti kita belajar bahasa arab" .
Saranku.

“Jadi nanti Mas Zakai sendiri yang akan membimbingku?, nanti apa tidak merepotkan, Mas Zaki?"
Tanyanya.

“Nggak..... aku nggak membimbing kamu tapi kita belajar berasama-sama , saling memberi masukan, gitu.” Jawabku.
“Ah, mas zaki ini merendah”. Timpalnya.

Ya insya Alloh aku akan datang ke rumah mas zaki sehabis ashar.

“Ngomong-ngomong, mas Zaki sudah tingkat berapa?”

“Alhamdulillah aku sudah selesai S1 dan sekarang aku sedang dalam proses menulis tesis”. Jawabku.

“Wah hebat dong! Mas Zaki, bisa melanjutkan S2 di sini” sanjung irfan padaku.

“Semua itu proses, fan. Aku dulu juga pernah gagal di tahun pertama dan merasakan seperti kamu juga . Dan aku tidak pantang menyerah terus belajar dan belajar , dan tetap mendalami bahasa arabku yang amburadul.
Mungkin di bandingkan dengan kamu, masih lumayan kamu kok”


Angin mengembus sepoi-sepoi, menyibakkan rambut Irfan yang belah tengah itu. Sesekali dia merapikan rambutnya dengan tangannya.

“Sudah, fan. Jangan terlalu di fikirkan, Insya Alloh apa yang menimpa pada diri kamu saat ini ada manfaatnya di kemudian hari", kataku pada irfan.

“Amien” timpal irfan lirih.

“O iya, mas. Boleh aku minta nomer HP mas zaki?” tanya irfan.
“Boleh saja , fan”.
Di keluarkannya Nokia dari saku celananya.

“Sebutin nomrny, mas!.”
“0166797390” jawabku.
“syukron ya, mas”.
“sama-sama, fan”
“aku pergi dulu ya?, ada acara di kekeluargaan , kapan-kapan datang aja ke rumah ku ba'da Ashar. Tapi sebelumnya telpon dulu ya.."
“ya, mas. insya Alloh”

“sudah ya sampai bertemu lagi”

“Asslamu'alaikum....”
“Alaik salam, mas zaki...”

Selang Berapa minggu kemudian Irfan menelponku
dia berminat untuk belajar Bahasa Arab di rumah.

Panas matahari membakar dedaunan , udara panas berseling angin kencang, berdebu.
Irfan dengan semangatnya datang kerumahku .
Liburan kali ini dia gunakan untuk mendalami Bahasa Arabnya , ia sadar akan kelemahan dan kekurangnnya . Dan ia harus tetap beristikomah di jalalnnya itu.
Hari berganti minggu minggupun berganti bulan, bulan menjadi tahun, kini genap sudah setahun dia belajar bersamaku.
Iapun mahir dan lancar berbahasa Arab dan mampu memahami buku-buku diktat kuliahnya.
selagi mau berusaha dan bersabar Insya Alloh akan di berikan jalan kemudahan dalam menempuh kesulitan.
irfan pun demikuan dia di beri kemudahan dalam menempuh studinya untuk tahun ini , nasib baikpun menjemputnya dia mendapatkan predikat yang ia cita-citakan.




Monday 9 March 2009

GENOSIDA di TANAH Al-QUDS

Lambaian pohon zaitun itu
menggugurkan buahnya
tumbang berserakan pohon kurma
pasir berbisik, tentara dengan granatnya
ganasnya genosida zionis Israel
tank-tank menderu menyerbu, meburu, kelabu Palestina
Anak-anak tak berdosa, ibu-ibu hamil, mamalia yang sedang menyusui dan kakek tua dengan tongkatnya. BOOM....BOOM.... BOOM.... Syahid mereka.
Memori-memori yang tak kan terlupakan oleh mereka
kebencian yang mendalam menyelimuti malam-malam mereka.

Bungkam negeri seribu menara,
tutup mata negeri para anbiyak,

oh, konspirasi...?
Amerika yang seolah-olah tak tahu-menahu menjadi penengahnya, Bajingan!!
Yahudi Israel gembor-gemborkan kejadian Holocaust, mitos belaka.
Debatable.............




Saturday 28 February 2009

KANDAS di UJUNG KERAGUAN PENGUNGKAPAN

Angin berhembus segar, dedaunan berbisik olehnya. Bunga sepatu bermekaran, indah.
Riuh serentak bunyi sepatu langkah menuju kantin. Lalulalang siswa siswi seseklai bertanya tentang pelajaran pagi tadi karena mungkin terlambat masuk.
Hayo...!! lagi ngapain ketahuan sekarang, pantesan hari-hari ini seriang melamun,btw siapa sih yang sedang kamu lamunin....? Rini membuatku kaget saat aku duduk di depan kelas sendirian
“sudah.......nanti aku sampein perasaanmu ke dia aku tau kok tipe orang seperti kamu, malu kan mau ngungkapin isi hati, cie... cie.. isi hati bo....ledek Rini padaku
“enak aja, ngga' lagi.....”bantahku sambil merapikan rambut yang
tersibak angin.

Memang sih aku ada rasa sama dia, rasa yang tulus, sayang dan apalagi kalau sudah melihat perangainya yang lembut wajahnya yang selalu berseri dan akhlaknya yang mulia, tidak pernah marah dan apalagi bikin marah orang lain rasanya aku ingin sekali mendekatinya dan mengatakan “maukah kau menjadi permaisuriku?”

buat apa perasaan itu kamu pendam baiknya kan ungkapkan saja dari pada kamu nggak bisa tidur dan selalu terbayang-bayang sama bidadarimu itu.he he he....., Rini berusaha menasehatiku sambil meringis.

Teng....teng...teng.... “yan! Udah bel masuk, tiu bu Lifah sudah keluar dari kantor”, kata Rini.
Bahasa indonesia ya? Tanyaku pada Rini yang sedang menuju pintu kelas.

Suasana gerah dan panas namun penuh tawa canda teman-teman, hanya aku yang kelihatan kurang sumringah.
Khem..kehm.. hayo....ngliatin siapa ni....? Bakri yang kebetulan teman sebanguku dengan aku tahu kalau aku sedang curi-curi pandag sama si Hasna yang kebetulan dia duduk di samping kiriku yang berbatasan dengan bangku yang di duduki Ima dan Ana. Udah!.... baiknya kamu temuin aja dia kalo kamu ada rasa sama si dia,ada rasa nih rasa apa ya.....hik hik hik. Bakri pun kelihatanya meledek aku.

“Ngaco kamu hari gini mau main cinta-cintaan, satu bulan lagi ujian, Kri.” Bantahku

“ya sudah kalau begiru habis ujian, gimana?”
Desak Bakri supaya aku mengungkapkan apa yang mengganjal di hatiku selama ini.

…...Malam begitu cerah berselimutkan cahaya bulan nampak di jendela kamarku
dan di hiasi bintang bintang kecil yang bertaburan di langit, kupandangi bitang-bintang itu hanya satu bintang yang begitu membuatku terkagum, seakan berkedip padaku dan mengajakku tuk berimajinasai.
Ya Alloh...pengusasa hati para pecinta sang kekasih, taburkanlah beni-benih cinta di hatinya agar dia memahami maksud hatiku, aku sudah tak sanggup menahan semua ini. Maka dari itu berikan padaku pelajaran tentang sabar dalam cinta, sabar dalam menunggu benih-benih cintannya tumbuh hanya untukku

Dorr..!!!hayoo lagi mikirin apa nih? Adikku membuatku terbangun dalalm lamunanku saat aku sedang rebahan di tempat tidurku.
“Lain kali permisi duli kek, paling tidak salam gitu kalau masuk ke kamar orang lain”, benatakku pada Wati, adikku.
“Ya ya maafin Wati kak!! lagian pintunuya nggak di tutup”, Wasi masih tetap membela dirinya.
“ya kakak maafin”

kakak nggak belajarm bentar lagi kan mau ujian? Wati berlaga menasehati ku
“ni kakak sedang belajar”, jawabku.
“Belajar kok melamun” cibir Wati
apa ada masalah, kak? Atau lagi mikirin.......?
ekhm,..si dia....? tanya wati, sambil senyum kecut.

“Si dia siapa? “Jawabku pura pura tidak tahu .

“Nggak usah pura pura lah, kak. Wati udah tahu kok siapa yang ada di fikiran kakak sekarangh, he..he..he..he”

“tadi mbak rini kan telphon Wati, dia cerita tentang kejadian di sekolah tadi, hik.. hik.. hik..”

“nyengir lagi! Memang ada yang lucu?” Tanggapanku pada cerita wati yang duduk di tempat tidur ku
“nggak ada yang lucu sih...... cuman aseh aja”
“ternyata kakak bisa juga jatuh......he he he”

“jatuh apa?” sahutku.

“Enak aja kakak juga manusia yang punya rasa, rasa cinta dan suka pada lawan jenis, normal kan,? tapi tuk saat ini kakak belum bisa ngungkapinnya pada dia, kakak nggak tahu kenapa mulut ini sulit sekali untuk mengatakan CINTA” cutharku pada wati yang mungkin dia lebih tau apa arti sebuah cinta karena aku tahu dia sudah cukup dewasa .
Aku cukup dekat dengan adekku ini, dia sekarang duduk di kelas Satu Madrasah Aliyah.

“Kenapa sulit, Kan hanya ngucapin lima huruf dan tinggal di tambah aku dn kamu?”. Celetuk wati.

“Iya sih hanya 5 huruf tapi ini berat dan beban di kemudian hari ,bisa mengganggu belajar dan kadang ibdahpun bisa tidak khusyuk.
Dan masih seabrek persoalan lagi yuang akan tekena imbasnya dan harus di ingat, wat. Kakak nggak mau cinta pada perempuan hanya karena berlatar belakang kelamin dan mengandalankan nafsu bejat yang tak ada ujungnya kalau di turuti “.
“Ya sudah , sekarang tinggal bagaimana baiknya kakak menyikapinya saja. Setahu wati laki-laki itu harus jentel dan tegas untuk urusan yang satu ini. Biasanya cewek tu suka sama cowok yang tegas dan pemberani”
“Wat, tapi kan....sekitar satu bulan lagi kakak ujian akhir tahun, dan kakak nggak mau ganggu dia ,bisa- bisa nanti dia nggak lulus”. Kataku yang masih terlentang di tempat tidur.
“Ya duah, kalu gutu ungkaou aja sehabis ujian,
ya tahan dulu sebentar gitu aja kok repot.sahut Wati”

“sudah malam ini, kak . Wati mau bobok dulu kata wati sambil keluar kamar.”

Malam semakinlarut bulan yang masih menyisihkan cahayanya dan bintang masih setia menemaninya. Dan aku akhirnya memutuskan untuk melupakannya sejenak barang sebulan untuk konsentrasi pada pelajaran-pelajaran ku.
Singkat cerita, ujian pun di ambang pintu , perang melawan soal-soal pun semakin gendar dan aku terlelap dalam rumus pitagoras, geometri, dan masih seabrek rumus-rumus eksak yang lain.

ujain pun usai sudah soal demi soal ku babat habis, hatipuh ada rasa tidak enak kalau-kalu nanti tidak
gagal ujian.

Satu minggu kemudian aku menerima pengumuman tentang kelulusanku
aku terima amoplop berisi pengumuman dari wali kelasku, ku buka perlahan amplop itu, jantung bak drumb yang di tabuh, hati tersanyat saat detik-detik pembukaan amplop itu.
“BERHAIL” aku lihat tulisan tebal itu bertengger di kertas pengumuman itu.
Gembira bukan kepalang, aku lulus dalam ujian itu. Sujudpun terasa tak cukup untuk mensyukuri atas keberhasilan ini. Gemuruh temant-teman riang gembira tawa-janda bahagia plus haru menderu di ruangan perkumpulan.

“Gimana, kak ujiannya, sukseskan?” Tanya wati yang sedang duduk di teras

“al hamdulillah kakak lulus” jawabku bahagia. Tak bisa aku mengungkapkan kebahagiaanku in pada adikku.

“Ibu dimana, wat.?”
“Tu di dapur sedang masak.”

“Ibu....ibu...bu rian lulus, bu Rian lulus ujian. Ni kertas pengumumannya, bu.”
“Oh ya, pintar anak ibu” puji ibu padaku
“iya dong RiAn.....” jawabku bangga.

Tapi ingat pesan almarhum bapakmu, jangan telalu bangga atas keberhasilan dan jangan telalu sedih atas kegagalanmu, semua itu adalah ujian. Keberhasilankmu sekarang merupakan amanat supaya kamu tetap semangat dalam mencri ilmu. Dan seandainya kamu gagal itu merupakan ujian buat kamu. Apakah kamu kuat mengahadapi ketidak lulusanmu. banyak anak yang frustasi dan stres hingga akhirnya anak itu mengkonsumsi obat-obat terlarang dan minum-minuman keras karena gagal dalam ujian, itu artinya anak itu sudah gagal dua kali. Gagal menghadapi cobaan dan gagal Ujian di sekolahnya. Dan kamu, rian, harus bisa menilai, Bahwa anak yang lulus dalam ujiannya belum tentu dia anak yang pandai dan cerdas, kadang anak yang cerdas dan pandai malahan tidak lulus dalam ujian di sekolah, karena kepandaian seorang murid itu tidak bisa hanya di ukur dengan kelulusnya dalam ujian sekolah.
“Iya bu, Rian akan selalu ingat nasehat itu”. Jawabku.
“Sudah, mandi dulu sana, nanti baru makan”


….....“Rian, bagaimana rencana mu kuluah di jogja?” Tanya ibu saat makan malam.
“di jogja?” sahut wati pembicaraan ibu.
“Wati, ibu ngga tanya kamu, tapi ibu tanya kakakmu, Rian”
ya bu' maafin Wati.
“Memangnya kenapa kalau kakak ambil kuluah di jogja?” Tanyaku pada Wati.
“heran aja, memangnya di jakarta sendiri nggak ada kampus apa?” Jawab Wati.
​”cari-cari pengalaman kan boleh jadi apa salahnya seandainya kakakmu kulah di kota gudeg itu, kan sesekali Rian bisa bawain ibu Gudeg Jogja buat ibu”. Canda ibu sambil mengelap tangannya dengan tisu karena sudah selesai makan.

“Ah, ibu itu bisa aja” jawabku.
“Tuh kan, wat. ibu aja nggak keberatan kok kalau aku kuliah di Jogja, jadi kenapa kamu yangkeberatan”
bantahku pada Wati

“Sudah.. sudah..kaliah malah bertengkar!” Kata ibu sambil menuju teras .
kak, mbak Hasna mau kuliah di mana ya? Celtuk Wati sabil membereskan sisa-sisa makanan.
“Mana kakak tahu, ketemu aja sudak nggak pernah kok.” kataku
“memangnya kakak sendiri belum ketemu? Gimana sih! Apa kakak malu ketemu sama mbak , ah kakak ini cemen nggak jentel, gitu”
“bukan kakak nggak berani atau malu, Wat. Tapi kakak belum ada kesempatan yang bagus waktu itu buat ketemu sama mbak Hasna, lagian kan waktu itu lagi hari ujian.”
payah kakak ini! Kata Wati sambil membawa piring ke dapur untuk di cuci.
“itu terserah kakak dong!? Sudah, kalau mau nyuci piring cuci piring aja nggak usah ikut campur urusan ornag lain”.

Singkat cerita,
Hasna yang selama ini ada dalam impianku ternyata jatuh ke tangan orang lain,
bak buah yang ranum yang siap aku petik kini dia menjadi milik orang lain.
Sakit rasanya hati ini namun aku hanya bisa berpasrah atas ketidakmampuan pengungkapanku padanya, sebenarnya cinta tidak akan sirna karena hanya sebatas tidak kemampuan pengungkapan, cinta akan tetap membekas di dalam hati. Cinta itu bisu. namun dia membara di dalam hati.

Thursday 5 February 2009

Bingung

hembusan sukma suci
kesepian melanda jiwa
kemana kau pergi kan ku dapati

dimana penyamun?

tuhan maha tahu atas segala perbuatan
dimana lagi ku dapati diri yang

melengkung terjun bebas
kemana langkah pijakan kaki
hati terus bergemuruh menderu
atas permintaan siapa kamu menemuiku
kau hanyalah babu tak berguna
kau menghayal tak ada guna
menghela nafaspun tak cukup
ampunanNYA kau kan dapati di mana?
dia lah pengampun segala dosa dosa
hendaknya kau lebih tahu itu

siapa dia menjelma?

kemana laki laki berjubah itu
langkah tegar
langkah getar
hati mengaru
tenggelam dalam bius cinta
tak layak berkhayal kau agar aku menemanimu
disaat kesepian yang kau rasakan
selalu menjadi beban didirimu

siapa dia menghadang takdir ....?